Sabtu, 01 Maret 2014

Bisnis serta Sistem dan Teknologi Informasi Pada PT.KAI dan PT POS Indonesia

Sebelum bertransformasi menjadi PT KAI 1 juni 1999 tentu kita tidak akan pernah pula lupa pada sejarah Perumka alias Perusahaan Umum Kereta Api yang lalu berubah nama menjadi PJKA alias Perusahaan Jawatan Kereta Api. Tentu saja dengan embel-embel kenangan pahit tentang pelayanan Kereta api masa itu yang menggenaskan. 2 tahun yang lalu semenjak Dirut PT KAI dijabat Ignasius Jonan dan Kementerian BUMN di bawah Kepemimpinan Dahlan Iskan, sinergitas dan Reformasi mulai berjalan cukup kencang.PT KAI dengan system penjualan karcis secara online dan mekanisasi sistem gate-nya, sementara ini telah sanggup merubah citra KAI dari bisnis KA Pemerintah yang termasuk “ ala kadarnya”, menjadi moda transportasi massal dengan pelayanan “mendekati mirip Eropa”.

PT Pos Indonesia optimistis dapat memperluas dan mengembangkan infrastruktur jaringan dan layanannya. Dengan demikian PT Pos Indonesia tak hanya bergerak di bisnis pengiriman paket dan surat belaka. Langkah revolusioner ini diambil, juga sebagai upaya lebih mendekatkan diri kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana perkembangan PT Pos Indonesia saat ini. Tidak bisa dipungkiri bahwasanya perkembangan teknologi yang sangat maju telah mengubah banyak hal. PT Pos Indonesia, badan usaha milik negara yang kehadirannya telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda, juga dituntut terus melakukan pembenahan.
PT Pos Indonesia yang sebelumnya mulai redup karena ditinggalkan penggunanya kini dapat berkembang lagi. Berbagai bentuk terobosan usaha bisnis dilakukan, mulai dari transformasi infrastruktur, rencana IPO, memperluas usaha bisnis, utilisasi properti, sampai membangun jaringan sistem online.

Berbicara tentang perkembangan ICT (Information and Communications Technology), di mana surat tergantikan oleh SMS dan email, wesel pos beralih ke ATM, bagi Mardjana, IT harus dirangkul. ICT akan menjadi tulang punggung dari seluruh aktivitas perusahaan. Tantangan bagi PT Pos Indonesia, lanjutnya, bahwa bisnis surat masih tumbuh, seperti rekening koran, pemberitahuan tagihan-tagihan. Mardjana justru mengatakan sama sekali kami tidak khawatir dengan ICT yang berkembang.

PT Pos Indonesia juga siap mereposisi dari post company menjadi network company dengan meningkatkan infrastruktur jaringan dengan memperluas layanan. Sejauh ini sudah ada 3.800 outlet di Indonesia, belum ditambah outlet kecil yang tersebar di Indonesia yang jumlahnya bisa mencapai 24.000 outlet.Pada 3.800 outlet utama tersebut sudah dilengkapi interkoneksi teknologi informasi dan online realtime, dengan integrasi secara fisik dan virtual. Kelebihan lain yang dimiliki PT Pos yakni memiliki jaringan tersebar di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar